Ceritera Goa Kiskenda
Sang Prabu Mahesasura ialah seorang raja berkepala Kerbau. Ia bertahta di kerajaan Goa Kiskenda, yaitu sebuah kerajaan berupa
Bathara Guru tidak setuju atas permintaan Prabu Mahesasura itu, tetapi tidak berani menentangnya, sebab ketiga Raksasa (Mahesasura, Lembusura dan Jatasura) itu sangat sakti dan tidak dapat mati. Kalau yang satu mati tetapi kemudian dilompati oleh lainnya maka ia akan hidup kembali, demikian seterusnya sehingga mereka sulit untuk dikalahkan.
Pada suatu ketika, Bathara Guru menyuruh Sanghyang Kanekaputra (Bethara Narada) untuk meminta bantuan kepada Resi Subali untuk mengalahkan ketiga Raksasa itu. Dengan diberi janji apabila Resi Subali berhasil mengalahkan mereka maka Dewi Tara menjadi hadiahnya untuk diperistri.
Berangkatlah Resi Subali dikawal oleh adiknya yaitu Sugriwa ke Goa Kiskenda. Sesudah sampai di Goa Kiskenda, Subali berpesan kepada adiknya Sugriwa, “Apabila ada darah putih mengalir berarti saya kalah perang dan mati maka segeralah pintu
Peperangan antara Resi Subali dengan Mahesasura, Lembusura, dan Jatasura sangatlah hebat. Karena Resi Subali tidak dapat mati sedangkan Mahesasura, lembusura dan Jatasura bila di antara mereka ada yang mati dan dilompati oleh lainnya yang masih hidup maka yang mati itu akan menjadi hidup kembali, maka sangat ramailah peperangan di antara mereka itu. Karena kesulitan untuk membunuh musuhnya satu persatu, maka Resi Subali dengan akal kecerdikannya mengambil keputusan untuk mengadu domba ketiga kepala Mahesasura, Lembusura dan Jatasura itu sehingga mereka dapat mati bersama sehingga tidak ada yang dapat menghidupkannya lagi. Kemudian dilaksanakanlah strategi itu dan ketika Mahesasura, Lembusura dan Jatasura diadu kepalanya maka sampyuh (mati bersama-sama), dengan hancurnya ketiga kepala raksasa itu keluarlah otaknya dan mengalir keluar bersama aliran air dari dalam goa tersebut.
Sugriwa setelah melihat darah putih mengalir (yang sebetulnya bukan darah putih tetapi cairan otak dari ketiga Raksasa itu) maka ia mengira bahwa Resi Subali mati, maka segeralah Sugriwa menutup
Intisari dari ceritera tersebut menerangkan adanya ajaran moral kepada kita sebagaimana dijabarkan berikut ini.
1. Mahesasura, Lembusura dan Jatasura adalah lambang/gambaran kemaksiatan hidup duniawi sebagaimana tercermin dengan gambaran berbadan raksasa (artinya gambaran Hawa Nafsu), dan berkepala hewan (artinya gambaran perbuatannya dipimpin oleh nafsu Hewani).
1. Resi Subali melambangkan nafsu yang tidak terkendali, yaitu sama dengan Hawa Nafsu.
2. Kemaksiatan hidup duniawi dan Hawa Nafsu adalah serupa dan selalu hidup dan tidak pernah mati serta selalu menggoda iman manusia. Selama di dunia, Hawa Nafsu dan kemaksiatan dunia pasti selalu ada, oleh sebab itu manusia diberi kebebasan untuk memilihnya.
3. Resi Subali sebagai gambaran Hawa Nafsu; hawa nafsu itu pada hakekatnya masih dapat diatasi oleh manusia yang beriman, dalam kisah ini digambarkan Resi Subali masih berpihak pada Dewa.
4. Lain halnya dengan kemaksiatan duniawi (dilambangkan dengan Mahesasura, Lembusura dan Jatasura) itu tidak dapat dirubah, oleh sebab itu harus diberantas.
5. Cairan otak Mahesasura, Lembusura dan Jatasura oleh Sugriwa dikira darah Subali melambangkan bahwa antara Hawa Nafsu dan Kemaksiatan Duniawi itu adalah sewarna dan sulit sekali dibedakan.
6. Dengan nafsu membuahkan rasa puas, tetapi dengan hawa nafsu menjadikan rasa kenikmatan yang berakibat melupakan Kesadaran dan membawa manusia ke jurang dosa atau sukerta. Jadi Hawa nafsu dan kemaksiatan duniawi tidak akan dapat membuahkan kebahagiaan, yaitu kedamaian, kesejahteraan dan keadilan sebagaimana dilambangkan Dewi Tara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar