Selasa, 01 September 2009

Sugriwa

Ceritera Narpati Sugriwa

Narpati Sugriwa menjadi Raja para Wanara, tetapi keadaannya selalu susah, sebab Dewi Tara sebagai istri yang diberikan sebagai hadiah dari Kahyangan ternyata lepas direbut oleh Resi Subali.

Narpati Sugriwa tidak kuasa untuk mengalahkan Resi Subali maka ia selalu maneges kepada Dewa agar diberi petunjuk. Akhirnya Bathara Narada memberi tahu kepada Narpati Sugriwa bahwa yang dapat mengalahkan Resi Subali adalah Ksatria Wiratama yang bernama Ramawijaya. Resi Subali dapat mati apabila dijemparing dengan pusaka jemparing milik Ramawijaya yang bernama Guhyawijaya, yang banyak disebut sebagai Guwawijaya (Guhya berarti gaib, dan wijaya berarti kemenangan; jadi Guhyawijaya berarti kemenangan yang bersifat gaib).

Untuk itu, Narpati Sugriwa memerintahkan kepada para Wanara untuk mencari Prabu Ramawijaya. Dan akhirnya Narpati Sugriwa bertemu dengan Prabu Ramawijaya dan terjadi persetujuan di antara keduanya, dengan isi persetujuannya sebagai berikut:

1. Prabu Ramawijaya menyetujui untuk membunuh Resi Subali, yang akhirnya Resi Subali mati terkena Jemparing Guhyawijaya.

2. Narpati Sugriwa dan para wanara setuju untuk menjadi Balatentara Prabu Ramawijaya untuk mengalahkan Prabu Rahwana dari Kerajaan Ngalengka.

Akhirnya terjadi perang besar antara Prabu Ramawijaya dengan dibantu oleh Balatentara para wanara melawan Prabu Rahwana (Prabu Dasamuka) dari Kerajaan Ngalengka dan hasilnya dimenengkan oleh Prabu Ramawijaya.

Dari sudut pandang ilmu, intisari dari ceritera tersebut menerangkan adanya ajaran moral kepada kita sebagaimana dijabarkan berikut ini.

1. Nafsu (yang dilambangkan Narpati Sugriwa) dapat mengalah­kan hawa nafsu (yang dilambangkan Resi Subali) apabila nafsu (Narpati Sugriwa) mengabdi kepada budi luhur (yang dilambangkan Prabu Ramawijaya) penegak karahayon (yang dilambangkan Bathara Wisnu yang manitis ke Prabu Ramawijaya).

2. Hawa Nafsu (yang dilambangkan Resi Subali) ialah nafsu yang dikendalikan oleh keinginan untuk harus tercapainya keinginan, lepas kontrol, bertekad bulat tanpa perhitungan. Hawa nafsu dan Kemaksiatan Duniawi (yang berada dalam satu kantong kehidupan nafsu) sulit untuk dibedakan, sebab Hawa Nafsu di sini merupakan pelaksana nafsu yang sudah lepas kontrol/tak terkendali, yang bersasaran hanya untuk Kepuasan Kenikmatan Duniawi.

3. Mahesasura, Lembusura dan Jatasura adalah lambang dari adanya rasa Kenikmatan duniawi yang membuahkan hasil Kemaksiatan. Jadi ada tiga macam gambaran rasa kenikmatan duniawi, yaitu:

a. Mahesasura, melambangkan Kepuasan Nafsu Birahi,

b. Lembusura, melambangkan Kepuasan Makan dan Minum,

c. Jathasura, melambangkan Kepuasan Permainan dan Madad.

Bagi manusia pencari kepuasan Hawa Nafsu dan Kemaksiatan, mereka memandang bahwa kebahagiaan adalah Kenikmatan. Untuk mencapai kenikmatan duniawi, manusia mengejar kenikmatannya itu dengan berbagai cara, sehingga ia lupa akan adanya kebaikan dan kebenaran, dan biasanya ia rela hancur martabatnya demi kenikmatan duniawi.

4. Dewi Tara adalah lambang kebahagiaan. Kebahagiaan yang dilambangkan Bidadari Kahyangan yang diberi nama Dewi Tara, adalah Perwujudan keluarga yang sejahtera, aman dan damai, karena telah lulus Tapa, Brata dan Samadinya atau telah menemukan rasa sejati.

Nafsu (yang digambarkan Narpati Sugriwa) untuk mendapatkan kebahagiaan (yang digambarkan Dewi Tara) harus bersedia untuk melaksanakan darmaning Ksatria yaitu bersemangat yang tidak kunjung padam, yang dalam Wayang digambarkan Resi Subali (Hawa Nafsu berkeblat Dewa atau Hawa Nafsu Positif), untuk mengalahkan kemaksiatan atau Hawa Nafsu Negatif (digambarkan dengan Mahesasura, Lembusura dan Jatasura) yang berada dalam ruang Nafsu (dilambangkan Kerajaan Goa Kiskenda). Narpati Sugriwa dan Resi Subali disraya (diminta) oleh Dewa atau Pepadang (Naluri kebenaran yang terdapat dalam naluri manusia yaitu Percikan Tuhan atau Cetana) untuk berkemampuan: mengarahkan, mengendalikan dan mengatasi nafsu sehingga tidak terjadinya kemaksiatan (dilambangkan Mahesasura, Lembusura dan Jathasura dihancurkan), yang dalam pengertian agama disebut dengan iman atau ketahanan jiwa berke-Tuhanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar